Ramadhan telah meninggalkan kita semua, setelah selama satu bulan ramadhan menemani segala aktivitas kita mulai dari sahur hingga berbuka. Ramadhan menjadi sarana untuk mengintropeksi diri, mencari keridhoan yang maha esa dan kembali memahami segala hal tentang nilai-hilai kehidupan yang makin hari kian dilupakan.
Ramadhan banyak mengajarkan kita kembali menjadi makluk sosial, ramadhan membuat kita menjadi peka antara sesama. Banyak orang berlomba-lomba berbuat kebajikan, di bulan ini manusia-manusia berlomba untuk memperbaiki diri agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Intinya puasa adalah kegiatan mulia dan mengajarkan kita untuk memulikan sesama.
Gegap gempita Ramadhan di Indonesia kali ini terasa amat riuh karena di tahun ini ramadhan tidak sendiriran, ramadhan di temani oleh penyelenggaraan Piala Dunia dan Pilpres untuk menentukan presiden baru bagi negara kita tercinta Indonesia.
Lucu memang puasa kali ini, terlebih untuk saya, di pertengahan bulan puasa atau menjelang akhir ramadhan banyak kerabat-kerabat yang sering mengajak untuk berkumpul sekedar ngobrol bareng atau yang semi resmi seperti bukber (buka bersama). keaneh yang saya rasakan di bukber kali ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang out of topic dari tema, "loe kemarin pilih siapa han? Jokowi apa Prabowo?" lalu kemudian suasana jadi gaduh dan topik tentang pilpres menjadi komoditas utama percakapan di pertemuan tersebut, hingga berlanjut sampai menjelek-jelekan kedua pasangan tersebut. Suasana bukber menjadi kurang kondusif.
So weird..
Dalam hal ini layaknya pertanyaan yang seharusnya diajukan seperti "Kerja dimana loe sekarang ndy?" atau "lagi sibuk apa loe sekarang? " bahkan saya justru merindukan pertanyaan "kapan kawin?" ketimbang pertanyaan-pertanyaan tentang capres dan sejenisnya.
Pekerjaan saya adalah dibayar untuk membaca ratusan artikel tentang politik setiap harinya. Sebagai editor disalah satu situs media warga ini mewajibkan saya untuk mengedit sebagian atau seluruh isi artikel yang didalamnya memuat hampir setiap hari tentang kedua capres tersebut baik tulisan yang berisi untuk memuji salah satu capres sampai tulisan yang menjelek-jelekan salah satu pasangan capres (black campaign). Alhasil ini juga yang membuat saya sempat binggung untuk menentukan pasangan mana yang bakal saya pilih untuk pemilu kemarin .
Untungnya ada Piala Dunia yang bisa dijadikan topik lain, Piala Dunia bisa menjadi solusi peredam bisingnya kampanye politik pemilu yang semakin hari semakin gencar dilakukan. Piala Dunia juga sebagai obat alternatif untuk bahan obrolan jika tak ingin terlibat lebih jauh tentang capres-capresan.
Piala Dunia adalah topik paling netral selama bulan ini, di timeline media sosial misalnya, manusia Indonesia terpecah menjadi tiga bagian disana, ada yang update tentang Jokowi, ada yang antusias orbitkan Prabowo dan terakhir adalah yang update tentang aktivitas ibadahnya. Dari tiga itu struktural update status yang memenuhi timeline pertandingan Piala Dunia hanya sebagian minoritas saja atau sebagai ajang turun minum sebelum timeline kembali dipenuhi oleh kampanye politik atau menu buka puasa yang di foto sebelum disantap.
Jadi lebaran kali ini ketupat sayur menjadi hambar rasanya?
Entahlah...
Monday, 28 July 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment