Saturday, 26 July 2014

Darah Juventus Mulai Mengalir Berkat Jersey Ayah

Posted in , , ,   with  1 comment    
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog #JuveINA14 dari Nine Sport Inc. untuk memenangkan tiket meet and greet dengan para pemain Juventus. Follow @ninesportinc untuk informasi lebih lanjut.”

Fathers and sons are much more considerate of one another than mothers and daughters.-Friedrich Nietzsche

Seperti biasa beliau pulang dengan wajah yang sedikit terbakar, mungkin karena pekerjaannya yang orang lapangan dimana beliau harus rela berjemur seharian diterik matahari. Hari itu hari Jum'at seperti biasa setiap hari itu beliau pulang pasti selalu membawa sebuah koran yang sudah tergulung lecek, Koran mingguan Tabloid GO yang terbit setiap hari jumat itu jadi sahabat baik pengantar pulang, saya sudah menebak. Dan seperti biasa saya pun kebagian membaca setiap dia sampai rumah, halaman berita tentang Juventus selalu menjadi primadona untuk saya dan beliau.

Beliau adalah ayahku, seorang Juventini. Buat Ayahku Juventus adalah klub yang difavoritkan sejak lama, beberapa faktor penyebab mengapa ayahku menyukai tim yang bermarkas di kota Torino ini mungkin salah satunya adalah berkat andil siaran televisi nasional maupun swasta yang di mulai tahun 90-an yang berbondong-bondong menyiarkan liga sepakbola Eropa. Liga Italia saat itu tengah menjadi primadona, banyak pemain top baik eropa maupun Amerika Latin tunjukan bakat dan kebolehan di Liga Italia, AC Milan waktu itu sedang menjadi primadona di masa 90-an. Namun Ayah saya secara non-mainstream justru mendukung Juventus, entah apa yang dipikirkannya saat itu.

Ayah saya mulai tersenyum lebar kala Juventus pertama kali mendapatkan gelar scudetto di musim 1994/1995 dimana terakhir meraih gelar tersebut di  dekade 80-an. Saat Meraih scudetto musim 1994/1995 Juventus di isi oleh nama-nama beken seperti kiper legenda asal Italia Angelo Peruzzi , pemain bertalenta asal Napoli Ciro Ferrara, Pemain terbaik dunia FIFA tahun 1993 Roberto Baggio dan dua pemuda wonderkids yakni Alessandro Del Piero dan Allesio Tacchinardi. Sejak saat itu Juventus selalu mendominasi klasemen akhir Liga Italia di hampir di setiap musim hingga kini.


 Ayah sedang membaca Tabloid Go langganannya

Darah Juventus Mulai Mengalir Berkat Jersey Ayah

Kecanduan saya akan Juventus dimulai tahun 2000-an, saat itu di tempat tinggal saya tengah gila bola, anak-anak, pemuda-pemuda dan orang dewasa di tempat tinggal saya berlomba-lomba menggunakan jersey tim -tim Italia vendor kw lokal, belum ada istilah kw Thailand saat itu , waktu itu ada 4 tim yang mendominasi yakni peraih scudetto sebelumnya AS Roma yang kebanyakan digunakan ada nama Batistuta atau Totti di bagian belakang, lalu setelah itu Milan dengan Rui Costa dan Inter Milan dengan Ronaldo, terakhir Juventus yan banyak di beli dengan tulisan Trezeguet atau Del Piero.

Saat  itu saya masih sekolah SD, tepatnya kelas 5 SD, di lapangan bola yang biasanya saya bermain bola bersama kawan-kawan saya saat itu melarang bermain bola sebelum menggenakan jersey, peraturan dibuat secara tak tertulis, biangnya siapa lagi pastinya anak-anak yang usianya lebih tua yang membuat peraturan aneh ini terjadi. Hasilnya jadi setiap anak disana pun merengek untuk minta di belikan jersey. setelah mendapatkan jersey lalu ada semacam pengkotakan pemain, yang menggunakan Jersey Juventus bermain dengan kawannya yang sesama menggunakan Jersey Juventus begitu pula dengan  tim yang lain.

karena saya tak memiliki jersey, akhirnya ayah saya memberi saya jersey Juventus kesayangannya dengan warna yang non-mainstream bagi Juventus yakni baju kuning atau baju untuk kiper yang waktu itu dikenakan Gianluigi Buffon bernomor punggung 1 pasrah saya kenakan, alhasil setiap main saya selalu menjadi kiper, entah karena berat badan saya yang cukup gemuk untuk anak seusia saya saat itu atau memang karena Jersey kiper berpengaruh pada posisi karena kawan saya kompak menggunakan seragam hitam putih. Nasib.

Stadium Delle Alpi Berlokasi di Kampung Benda RT/RW 01/06 Kec Cipayung, Depok

Karena boomingnya anak-anak yang main bola terjadi sebuah chaos antara kubu anak-anak RT 01 yang di dominasi oleh fans AC Milan dan RT 02 dengan basis pendukung Juventus kedua kubu ini mengadakan sebuah big match yang direncanakan di kebun milik RT 01 yang bakal disulap menjadi lapangan karena untuk acara lomba 17-an, mudahnya sebelum acara 17-an bakal ada dua tim yang akan bentrok sebagai tester lapangan, menariknya adanya taruhan uang yang cukup besar waktu itu plus penamaan lapangan itu apakah akan menjadi San Siro atau Delle Alpi.

Fans Inter Milan dan AS Roma atau yang menggunakan kedua jersey tersebut  yang menjadi minoritas di kedua RT baik RT 01 maupun RT 02 diberikan pilihan apakah akan menggunakan Jersey Juventus atau AC Milan beberapa pemain ada yang membelot untuk membela RT yang lain atau menjadi pemain "cabutan".  Akhirnya hari yang ditentukan tiba, kedua tim pun memasuki kebun yang sudah disulap menjadi lapangan kecil dan tanpa diiringai FIFA anthem dan gemuruh sorakan penonton.

Saya saat itu menjadi kiper kedua alias cadangan karena ada Ledi teman saya yang sudah lebih dewasa punya jersey yang serupa. Di pertandingan saat itu AC Milan mendominasi, karena memang talenta pemain RT 01 lebih hebat. Kalo tidak salah Juventus atau kubu RT 02 ketinggalan jauh di pertandingan itu namun saya lupa skornya berapa.

Namun Juventus memang dinaungi oleh dewi fortuna, pemain paling jago di RT 01 namanya Tile (nama panggilan)  datang di tengah pertandingan dengan seragam Juventus yang baru dibeli saya inget sekali waktu itu. Tile membelot dari RT 01 karena dia fans Juventus yang akhirnya join ke RT 02. Tile memang beda, kulitnya paling hitam diantara yang lain namun skill sepakbolanya memang ditakuti, akhirnya setelah dia masuk Juventus balik unggul, semangat tim menjadi doubel power dan menjadi unggul, sekali lagi unggul dengan skor berapa saat itu saya lupa.

Saya sempet bete karena saya tidak dimainkan, mungkin karena saya yang waktu itu tidak jago-jago banget, tapi sebagai anak kecil pastinya ngambek kan kalo gak bisa main? Namun akhirnya saya dimainkan karena kiper utama Ledi cedera setelah tak sengaja tangannya ketendang oleh tim Milan. Saya pun akhirnya bisa main. Saya lupa bagaimana jalannya pertandingan saat saya main, namun yang saya ingat adalah tim RT 01/Milan mendapatkan pinalti. Posisi saya tetap istiqomah jadi kiper, Akhirnya pemain RT 01/Milan Bang Hasan menendang bola dengan bola dan "Duukk" tepat tendangan itu terkena wajah saya, fix apa yang terjadi jika anak kelas 5 SD terkena bola yang di tendang dengan keras? Nangis, yes saya pun menangis, pertandingan terhenti, saya masih ingat saya pun di bopong ke warung dekat lapangan tersebut. Pertandingan yang harusnya tetap berjalan akhirnya bubar, dan Ledi yang cedera tadi pun akhirnya berteriak "Woi Juventus menang, sekarang ini lapangan namanya Delle Alpi" lapangan yang letaknya di RT 01 ini diakusisi oleh RT 02. Tangis saya menjadi penentu kemenangan bagi tim RT 02/Juventus, ini merupakan kenangan yang tidak bisa saya lupa sampai saat ini.

Kemenangan ini persis dengan musim 2001/2002 saat Juventus menjuarai Scudetto yang ke 26 yang dinaungi oleh dewi Fortuna karena sang kandidat kuat Juara Inter Milan justru kalah 4-2 atas Lazio, Juventus justu sukses tundukan Udinese dengan skor 2-0, saya masih ingat selebrasi Del Piero yang hanya mengunakan celana dalam sambil membawa bir kemenangan berlarian di lapangan.

Saya dan Juventus Kini

Saat ini saya masih setia menonton Juventus, begitu pula dengan ayah saya, kami sering tukar informasi  tentang Juventus, meski kini sama-sama sibuk, ayah saya sering sms saya mengingatkan pertandingan Juventus lewat sms. Benar memang idiom asal inggris yang terkenal itu "like father like son" saya pun mewarisi ikatan kuat antara Ayah dan saya baik perilaku, sikap maupun kesukaan terhadap Juventus. Semoga saya berkesempatan mengajak beliau ke stadion tanggal 6 agusutus nanti, tiket sudah di tangan.

True man never leave his lady.

 Ayah dan Saya kini

1 comment:

  1. asyik, juventini kompak dalam keluarga ;)

    kapan2 kita nobar juve mas...

    ReplyDelete