Sunday, 28 July 2013

Puasa yang Berujung Derita di Tenggah Ambisi, Loyalitas dan Keinginan Hati

Posted in , , ,   with  No comments    

“Peristiwa perang Bubat, perang yang membuat hampir seluruh tanah jawa Galau,,  jika dikisahkan sungguh tragedi antara Ambisi, loyalitas, dan Keinginan hati..”

Alkisah Terdapatlah dua teman baik yaitu sang raja/presiden Hayam Wuruk dengan sang senior Mahapatih Gajahmada. yak bisa di katakan seperti itu jika seorang mahapatih berteman dengan raja akibatnya tidak adanya batasan antara mana saat menjadi petinggi di kerajaan atau saat bermain perang perangan.  Di jaman mereka berdua Negara Majapahit lebih sakti menggunakan warna bendera  merah putih ketimbang yang di gunakan bangsa yang bernama Indonesia kini, mungkin jika jaman dahulu udah ada kompetisi akbar sepakbola, negara Majapahit  mungkin sudah menjuarai Piala Dunia.

Dijaman itu Majapahit hobbynya adalah perang-perangan, untuk memenuhi hobbnya itu mereka rela menghancurkan negara  minor islam pasai lalu menghancurkan negara Sriwijaya Palembang kemudian  beberapa daerah yang kerajaan unyu-unyu pun dihancurkan seperti Logajah, Gurun sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi, solor, wandan, ambon, bali, timor, seran dan daerah lainnya berkat sumpah, ambisi dan loyalitas seseorang yang bernama Gajahmada.

Gajahmada adalah orang yang terobsesi dengan buah yang bernama palapa dia rela untuk tidak memakannya demi ambisi, loyalitas dan keinginan hati,, dirinya bercita cita menyatukan nusantara untuk di tanamin buah palapa sehingga di hari tua nanti dimana apabila dirinya bertamasya ke Tanjung pura, Pahang(malaysie), bali, suda, palembang dan lain-lain dirinya tak perlu repot-repot untuk membawanya dari daerah Mojokerto,jawa timur, Karena obsesinya tersebut dirinya pun mempu membangkang atasannya sendiri sehingga membuat Hayam Wuruk galau selama 2 tahun.

Hayam Wuruk adalah presiden ke empat yang merupakan anak dari presiden cantik bernama Tribhuwana Wijayatunggadewi hasil pernikahan dengan kesatria sakti bernama Cakradhara, sang ibu Hayam Wuruk sendiri merupakan putri langsung dari presiden pertama Majapahit Raden Wijaya yang menikah dengan Gayatri. Berkat warisan ambisi dari Raden wijaya Hayam Wuruk pun mensetujui Gajamada untuk berpuasa.

Suatu hari sang raja ingin sekali “menikah” politik yaitu ingin menikahi putri cantik tanah Sunda Dyah Pitaloka Citraresmi dari negara Sunda, apabila pernikahan ini terjadi maka negeri Majapahit mendapat 3 keuntungan besar antara lain :
  1. pertama dapat istri yang seksi (semua tau wanita Sunda itu cantik dan seksi, apalagi putri kerajaan, waahh bikin geleng2 deh).;
  2. kedua mempersatukan dua negara yaitu negara Majapahit dengan ambisinya membuat wilayah bernama nusantara dengan negara dari surga yaitu negara Sunda.
  3. Ketiga keinginan untuk membatalkan puasa sang patih. keinginan ketiga mungkin juga merupakan salah satu cara sang presiden membuat surprise untuk sang patih yang hobby berperang ini, yah mungkin didalam benak sang presiden adalah sebagai berikut.

“Hmm dari pada cape perang melawan tentara Sunda yang sulit ditaklukan mending kawin aja,, dapet istri kece, negara gw tambah gede,trus juga sebenarnya gw rindu banget sama badan gede nya patih yang mulai kurus akibat puasa makan pala’.

Namun suprise itu terancam gagal dan puasa Gajahmada terancam batal, bukan karena dirinya ingin memakan buah palapa kesukaannya melainkan adanya miss komunikasi antara dirinya dan sang presiden, bisa di maklumi saat itu belum ada handphone maupun smartphone menelpon dan  sms atau bahkan untuk melihat update status sang Presiden yang kini menggunakan Twitter,facebook dan sebagainya sehingga niatan sang presiden memberikan surprise pun gagal dan berbuah pala petaka (malapetaka) berdarah serta terancam nya pernikahan antara Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka.

Jika Sudah ada Facebook dimasa itu (jika)

Update Status dari PDF Kitab Pararaton

Presiden Majapahit


Di sudut tempat berbeda sang putri cantik Dyah Pitaloka Citraresmi bersama beberapa kopassus tentara Sunda dan didampingi beberapa keluarga negara Sunda seperti Menteri, Pejabat kerajaan hendak menuju negara Majapahit namun ditengah jalan bertemu lah Gajahmada yang sedang kalap akibat puasanya (ambisi) dengan rombongan negara Sunda kemudian terjadilah perang yang bernama Perang Bubat yaitu perang tidak berimbang antara koppasus yang bernama Linggabuana dengan pasukan berani matinya Majapahit yang di pimpin Gajahmada yang berkesudahan menang mutlak oleh tentara Majapahit, semua Linggabuana, menteri, pejabat kerajaan pun wafat saat itu juga yang tersisa hanyalah Dyah Pitaloka.


Dyah Pitaloka Citraresmi Versi Google :P  

Sang putri yang enggan menerima tawaran Gajahmada yang memiliki kemauan beda, sang patih hanya ingin memenuhi sumpah palapanya saja, akhirnya demi menghormati Negara Kesatuan Sunda sang putri cantik pun melakukan bela Pati atau Harakiri yang populer waktu itu sebagai tindakan heroik untuk menjaga harga diri, martabat dan kesucian mereka.

Akhirnya.. kisah persahabatan antara sang presiden dengan Patih pun merenggang, sang patih pun rela di pecat, Hayam Wuruk pun galau selama 2 tahun sebelum mengangkat kembali sang Patih yang mungkin mengisi masa phknya menanam pala di tanah pemberian presiden di Madakaripura (purbalingga). 

Jika Hayam Wuruk


Efek sesudah perang :
  • Hubungan tidak harmonis terjadi antara Negara Majapahit dengan Negara Sunda.
  • Hayam Wuruk Galau gagal kawin

Harusnya kita WAJIB menyalahkan tindakan sembrono Gajahmada yang menyerang Koppasus Sunda tersebut akhirnya kini banyak orang tua dari jawa, yang tak mengingikan anaknya untuk menikah dengan orang Sunda begitu juga sebaliknya, meskipun saat ini sudah jarang terjadi (Alhamdulilah) 


Tetapi kadang kita WAJIB membela Gajahmada karena :
  • Dyah Pitaloka itu sebenarnya masih saudara sedarah dengan Hayam Wuruk, karena Raden Wijaya (penerus tahta kerajaan Sunda ke-26) adalah putra Rakyan Jayadarma yang menikah dengan Dyah Lembu Tal yang merupakan keturunan Ken Arok
  • Gajahmada mengingatkan kepada Hayam Wuruk bahwa Dyah Pitaloka masih satu darah dengan dia sehingga tidak boleh menikah. Namun, Hayam Wuruk bersikeras untuk menikahi Dyah Pitaloka
  • Secara ginekologi bagaimanapun juga Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka benar benar saudara sedarah dan masih sangat dekat. Jadi wajarlah kalau Gajahmada melarang mereka menikah. Bisa jadi Gajahmada sudah mengetahui bahwa pernikahan sedarah akibatnya tidak baik.

Tetapi satu hal yang pasti Wanita SUNDA mewarisi kecantikan, keberanian dan menjaga kehormatan bangsa dan dirinya.. Merdeka....


Sumber :
  • Ingatan sejarah yang mulai pudar dipadu wikipedia dan rasa galau warisan Hayam Wuruk kepada saya :P 
  • Meski kisah nyata, namum ingat ini diangkat dari kisah parodi, tidak ada maksud hati menyinggung ataupun menggurui 


0 komentar:

Post a Comment