Wednesday, 27 November 2013

Aktivis, Dokter dan Pesepakbola Juga Manusia

Posted in , , , ,   with  No comments    

Sócrates Brasileiro Sampaio de Souza Vieira de Oliveira atau yang di kenal dengan Sócrates, Diakui sebagai salah satu gelandang jenius yang pernah di lahirkan, Pria yang wafat 4 Desember 2011 lalu di Sao Paulo ini merupakan kapten Brazil di Piala Dunia tahun 1982 di Spanyol, dimana pada saat itu Brazil di kelilingi pemain hebat seperti Zico, Falcao, Junior, Cacera, Cerezo yang disebut-sebut oelh para pengamat sepakbola sebagai tim terbaik dunia ketiga setelah Hongaria di piala Dunia 1950, Belanda di Piala Dunia 1974 yang ketiga tim tersebut gagal menjadi Juara.

Siapa Socrates ? mungkin anda bertanya-tanya tapi yang harus kita garis bawahi, pria yang lahir di Belom do Para, brasil pada 19 Februari 1954 ini merupakan salah satu dari pemain Bola yang terlebih dahulu menggeluti pendidikan formal sebelum meggeluti Sepakbola, dirinya mendapatkan gelar dokter di usia 23, baru setelah itu dia malah memilih untuk berkarir sebagai pesepakbola.

Dirinya tak salah memilih garis hidupnya, meski diusia tersebut di bilang amat telat sebagai pesepakbola berkat kegigihan dan ketekuanan setra kecerdasan yang dimiliki, dirinya cepat bersinar dilapangan hijau dan menjadi pemain andalan di klubnya yakni Corinthias.

Pada tahun 1964, sebuah kudeta militer menggulingkan pemerintahan sayap kiri, João Goulart. Semasa berkuasa, João Goulart melaksanakan reforma agraria dan nasionalisasi industri. Begitu ia terguling 1964, Brazil segera diperintah oleh kediktatoran militer. karena tak menyukai keditatoran pemerintahan di negaranya Socrates "Nekat" melakukan perlawanan secara "sembunyi-sembunyi" dirinya menciptakan Demokrasi di klubnya di Corinthias dia menyebutnya  "Timedo Podo" atau "Tim untuk Rakyat". Dengan persetujuan Presiden klub, Waldemar Pires, para pemain menciptakan proses demokratis dalam pengambilan segala keputusan. “Semua orang punya hak yang sama untuk menentukan nasib klub,” kata Socrates.

Jalan demokrasi Socrates di klub membuat kebijakan-kebijakan klub seperti masalah kontak, pembuatan aturan-aturan latihan, dan sebagainya. Dengan moto “Ganhar ou perder, mas sempre com democracia” (menang atau kalah, yang penting demokrasi!), dalam klub, para pemain memiliki kekuatan suara yang sama dengan staf manajemen lainnya, termasuk disitu juga berkaiktan dengan kepentingan para pemainnya, kapan harus berlatih, kapan harus makan siang, kapan harus merokok,kapan harus minum alkohol diputuskan secara terbuka dan demokrasi.

Di kaos bagian belakang klub Corinthias juga seringkali bertulisakan tulisan "Democracia" dan berkat "Corinthias Movement"ala Socrates, selama membela Corinthias 6 musim (1978-1984),  Corinthias berhasil menjadi juara Campeonato Paulista  sebanyak 3 kali yakni tahun 1979, 1982,1983.


Karena memiliki gelar Dokter Socrates pada masa pensiunnya sempat menekuni profesi menjadi Dokter di Rumah sakit Riberio Preto, sebagai Doktyer mestinya Soctares tahu bahwa hobby minum alkohol dan merokok merupakan musuh utama bagi kesehatan, karena Pada tahun-tahun terakhir Socrates mengalami berbagai gangguan hati yang disebabkan karena kebiasaannya mengonsumsi alkohol berlebihan sepanjang hidupnya. Hal ini pula yang menyebabkan Socrates dirawat di rumah sakit secara berkepanjangan sejak bulan Agustus yang lalu sebelum akhirnya meninggal karena infeksi usus.

Sebelum akhir hayatnya dirinya aktif Partai Buruh (PT) Brazil. Bersama PT, ia aktifberkampanye tentang pemilihan langsung di tahun 1980-an. Dia menyatakan diri sebagai pendukung revolusi Kuba dan Venezuela. Anak pertamanya diberinama “Fidel Castro”.

Bagi Socrates, terlibat dalam politik adalah kewajiban. Dan dia mengaku, rakyat telah memberinya inspirasi dalam bermain bola. “Jika rakyat tidak punya kekuatan untuk menyampaikan sesuatu, maka saya akan menyampaikannya atas nama mereka. Jika saya berada di pihak lain, bukan di pihak rakyat, maka tidak ada orang yang akan mendengar saya,” katanya kepada BBC.

Socrates masih manusia, Sebagai pesepakbola meski namanya di catat sebgai 100 pemain terbaik sepanjang sejarah, sebagai Dokter juga masih manusia karena masih meminum alkohol dan merokok, sebagai aktivis dirinya juga masih manusia yang belum mampu membawa rakyat Brasil keluar dari ketepurukan ekonomi maupun kesenjangan sosial, jadi aneh saja apabila seorang dokter di Indonesia di penjara karena di duga mallpraktek, ingat mereka masih manusia bukan tuhan yang membuat keajaiban.

Tulisan ini diposting juga di ITODAY

0 komentar:

Post a Comment