Friday, 29 November 2013

Meninggalnya Salomon Begondo dan Potret Buram Sepakbola Nasional

Salomon Begondo (tengah)

Salomon Begondo, nama yang asing di telinga kita, pemain asing asal kamerun ini memang bukan siapa-siapa hanya berstatus pemain asing kelas dua di negeri ini, namanya kalah tenar dengan Pierre Njaka pemain Kamerun yang bermain di Indonesia atau tak melegenda seperti Roger Milla yang pernah memperkuat Pelita Jaya di tahun 90-an, tapi nama nya kini harus terdaftar sebagai salah satu pemain asing yang harus menjadi korban ketidak becusan management sepakbola di negara ini, tepat 29 November 2013 Salomon Begondo harus berpulang ketuhan bersama dengan ketidakjelasana gaji yang belum terbayarkan.

Siapa Salomon Begondo, pemain ini sempat menghebohkan media masa di Indonesia sekitaran setahun yang lalu, dirinya bersama tiga pemain asing lainnya yaitu Camara Abdoulaye (Guinea) Sylla Mbamba (Mali) merupakan pemain Persipro Bondowoso United (Probond-U) yang selama enam bulan gajinya tak dibayar sebuah hal yang memilukan mengingat status mereka adalah pemain asing dan pasti pemain bola profesional harusnya mereka tak layak di perlakukan seperti itu, namun apa daya management Persipro diam seribu kata dan hingga kini tak jelas.

Mereka harus mengemis demi melanjutkan hidupnya. Ketiga pemain asing ini mengaku belum mendapatkan gaji. Mereka hanya menerima 15 persen dari nilai kontrak.Nahas memang jika melihat apa yang dilakukan ketiga pemain asal Afrika yang merantau ke Indonesia ini. Menyambung hidup sulit, ingin pulang ke negeri asal pun tak bisa lantaran tak memiliki uang.

Mereka memilih untuk meminta-minta di jalanan di kota Probolinggo. Tak lagi malu, mereka membawa kardus bertuliskan “Tolong Koin Untuk Pemain Asing Persipro” untuk meminta belas kasih dari warga Probolinggo yang mereka datangi.

Untuk menyambung kehidupan sehari-hari Salomon Begondo harus rela menurunkan derajat dari pemain profesional menjadi pemain kampung kelas tarkam yang dipanggil bermain bola jika ada turnamen sepakbola antar kampung, dirinya harus rela membela satu kampung ke kampung lainnya.

Management klub yang dibelanya Persipro Bondowoso hanya bisa saling lempar tanggung jawab, menurut Sekretaris Persipro Sahri Trigiantoro mengatakan yang bertanggung jawab atas nasib ketiga pemain Afrika tersebut adalah Bondowoso United. Sebab, kata Sahri, sejak Persipro bergabung dengan Bondowoso United pada November 2011 lalu, semua kebijakan, termasuk gaji pemain, dipegang Bondowoso United. “Coba tanyakan ke mereka,” katanya.

PSSI sebagai lembaga resmi pun hanya diam tanpa kata, mereka seolah olah hanya sebagai lembaga boneka yang kerjanya mearup keuntungan dari sponsor tanpa pernah melihat nasib pemain yang berkecimpung didalamnya.

Menurut APPI (Asosiasi Pemain Profesional Indonesia) Salomon meninggal dunia disebuah rumah sakit di Bumi Serpong Damai (BSD), menurut Merdiansyah staff legal APPI kondisi Salomon beberapa hari terakhir sakit dengan muntah-muntah lalu di bawa ke RS. Namun karena tak memiliki uang, Salomon tak dirawat di RS dan memilih pulang.

Meninggalnya Salomon Begondo adalah salah satu potret ketidak becusan sepakbola dinegeri ini, dirinya meninggal sebelum gajinya di bayar oleh Persipro, duka ini mengingatkan kita kepada pemain asing lainnya asal Paraguay Diego Mendieta yang wafat pada tanggal 28 Juli 2013 sebelum haknya sebagai pemain terbayarkan oleh klubnya Persis Solo. lantas apa yang harus di benahi jika PSSI tetap tenang-tenang saja seperti ini.

Selamat jalan Salomon Begondo terima kasih telah mengisi kemeriahan kancah sepakbola ditanah air kami, engkau selalu ada didalam hati kami pecinta sepakbola di negeri ini.

Tulisan ini juga di posting di itoday

0 komentar:

Post a Comment