Mungkin kita bakal bosan dan jemu dengan pemberitaan media tentang pesepakbola eropa seperti pemain depan timnas Italia Mario Balotelli yang berulang kali melakukan tindakan indispliner baik didalam lapangan maupun diluar lapangan, atau juga kasus mantan pemain Liverpool Luiz Suarez yang dihukum dilarang tampil selama 4 bulan dilarang bermain sepakbola karena mengigit pemain pemain belakang timnas Italia Giorgio Chiellini.
Di Indonesia pun kita memiliki pemain yang sejenis dengan dua contoh pemain diatas yakni Diego Michels dan Oktivianus Maniani yang sering melakukan tindakan indispliner yang mungkin saja bisa menghambat karir baik di tim yang ia bela maupun karir di tim nasional.
Namun ada satu nama yang mungkin kurang akrab dengan telinga kita yakni Pieter Rumaropen pemain asal klub Persiwa Wamena membuat prestasi yang tidak layak di tiru oleh pesepakbola di Indonesia.
Namanya menjadi top headline di beberapa situs luar negeri sebut saja dailymail, Express, Goal International dan beberapa situs besar lainnya karena ulahnya meninju wasit bernama Muhaimin pada saat lanjutan Liga Super Indonesia kala tim yang ia bela berhadapan dengan Pelita Bandung Raya. Pieter Rumaropen yang pernah membela timnas U-23 ini meniju wasit karena dirinya kesal dengan keputusan wasit Muhaimin yang menghadiahkan Pinalti kepada tim Pelita Bandung Raya setelah dirinya menghalau bola yang dibawa oleh Nova Arianto di kotak pinalti. Berkat sumbangsihnya citra liga Indonesia di nilai buruk oleh masyarakat dunia.
Komdis PSSI pun memberikan larangan yang cukup keras bagi Pieter Rumaropen yakni larangan seumur hidup bermain sepakbola yang akhirnya dianulir hanya setahun oleh komdis sendiri. Tetapi masalah pun belum selesai. Belum genap setahun Pieter Rumaropen sudah kembali bermain di persepakbolaan Indonesia dan malah berhasil membawa Persiwa Lolos ke ISL musim 2015 setelah mengalahkan Martapura FC di semifinal dan menjadi runner up Divisi Utama musim 2014 setelah kalah di final melawan Pusamania Borneo FC dengan skor akhir 2-1.
Pieter Rumaropen yang baru boleh bermain musim tanggal 23 Mei 2014 justru telah memulai debut kembali pada bulan April dan total bermain sebanyak 6 kali di Divisi Utama termasuk laga melawan Martapura FC. "Saya berani main di DU (Divisi Utama) karena dapat izin dari PT Liga. Manajemen yang bilang kalau saya sudah bisa main, katanya sanksi itu berlakunya di ISL (Indonesia Super League). Katanya sudah dapat surat izin juga dari PT Liga," ujar Rumaropen usai menghadiri sidang Komisi Disiplin di Kantor PSSI, Jakarta Pusat, Rabu (14/1/2015).
Buntut Kasus Diskualifikasi Persiwa Wamena dan Persik Kediri
Setali tiga uang, nasib klub Pieter Rumaropen bermain Persiwa Wamena menerima kado pahit diawal tahun ini dengan dianulirnya Persiwa Wamena dari kompetisi tertinggi Indonesia karena terkendala masalah Finansial.
Keputusan dianulirnya Persiwa dan Persik ini berdasarkan hasil rapat pleno yang dilakukan PSSI di kantor PT Liga senin (12/1/2015) Menurut CEO PT Liga Joko Driyono kedua klub ini memiliki kelemahan dari segi finansial untuk mengarungi kompetisi full setahun dan kedua klub ini (Persiwa dan Persik) masuk kategori III atau daftar merah. Persiwa dan Persik diberikan solusi yakni bermain di Divisi Utama atau libur ikut kompetisi selama semusim.
Salah Manajemen, Pemain atau PSSI?
Dalam wawancaranya Pieter Rumaropen bahwa dirinya sadar masih dilarang bermain oleh PSSI namun menurut manajemen tim Agus Santoso. “"Manajer klub bilang, hukuman itu waktu di ISL bukan di Devisi Utama makanya saya berani main," imbuh Romaropen. Dan Pieter Rumaropen juga sudah mengaku menyesal karena tidak mengecek terlebih dahulu surat pengesahan yang dimaksud manajemn tim. Dan akan kembali ke klub lamanya PSBS Bika di Divisi Utama jika dilarang tampil di ISL. "Mungkin cari klub lagi, inginnya balik ke Biak. Ingin pulang dulu. Harapan saya jangan ada masalah lagi, biar manajemen yang ngurus," pungkasnya.
Benarkah manajemen sudah mengantongi surat izin PSSI? Menurut manager Persiwa Agus Santoso sudah memiliki izin dari PT Liga Indonesia saat pendaftaran Divisi Utama 2014 lalu. Jadi Agus Santoso menegaskan tidak pernah memainkan pemain illegal.
PSSI masih belum memiliki alibi untuk hal ini, Komdis PSSI pun mungkin paling cepat memutuskan perkara ini dua hari lagi. Yang jadi pertanyaan benarkah PSSI sudah memberikan izin atau hanya alibi dari manajemen tim Persiwa Wamena?. Jadi siapa yang salah sebenarnya?.
Komdis PSSI dalam hal ini terutama PSSI itu sendiri tidaklah becus dalam melakukan tindakan hukuman yang memang pantas didapat oleh si pemain meski si pemain sudah mengaku bersalah. PSSI adalah organisasi besar namun mengapa untuk mengurus tidak indispliner satu pemain saja amat sangat sulit? PSSI sehat?.
PSSI Baru
PSSI sebentar lagi akan pemilihan Ketua Umum dan Anggota Exco PSSI untuk periode selanjutnya yang akan diuselenggarakan melalui Konferensi Luar Biasa di bulan april nanti, dan nama yang mencuat untuk menjadi ketua umum dan anggota exco masih merupakan orang lama yang kini masih menjabat di temapt strategis PSSI.
Akankah kita bisa berharap dengan orang-orang lama yang nihil prestasi ini bila nantinya kembali memimpin PSSI? Apakah tim 9 Bentukan Menpora dapat mengawasi PSSI sampai akhir? Semoga prosesya berjalan dengan baik dan menemukan pemimpin yang memiliki niatan tulus membenahi sepakbola Indonesia yang nantinya akan menjadi titik balik kebangkitan sepakbola Indonesia. Berdoa mulai.
Sumber foto: dailymail.co.uk
0 komentar:
Post a Comment